Notification

×

Iklan

Iklan

PPM School of Management Bedah ‘DEI’ untuk Wujudkan Agen Inklusif di Sekolah

Senin, 13 Maret 2023 | 22:49 WIB Last Updated 2023-03-13T16:08:57Z

Para Peserta "DEI Roadshow: Creating Inclusive Agents from School" PPM School of Management/akuratnews.id


AKURATNEWS.ID, JAKARTA – Di tengah kemajemukan bangsa Indonesia, menjadi pertanyaan besar bagi bangsa-bangsa di dunia, bagaimana Indonesia menjaga ikatan persaudaraan antar warga Negaranya, yang tentu memiliki ramuan dalam menghimpun perbedaan itu tetap tersimpul dalam satu ikatan kuat. 


Melalui Diversity, equity and inclusion (DEI) yakni konsep keanekaragaman, kesetaraan dan inklusi dalam ilmu pengetahuan yang diartikan untuk menggambarkan program dan kebijakan demi mendorong keterwakilan dan partisipasi berbagai kelompok orang, termasuk orang-orang dari berbagai jenis kelamin, ras dan etnis, kemampuan dan kecacatan, agama, budaya, usia, dan seksualitas, PPM School of Management (SoM), berbagi pengetahuan kepada generasi penerus dalam gelaran Program DEI Roadshow 2023 yang dikelola oleh kelompok mahasiswa dan dosen dari PPM SoM.


Social Entrepreneurship Lecturer from PPM School of Management, Anggun Pesona Intan, M.M., menjelaskan seminar ke workshop yang digelar PPM SoM diperuntukan bagi anak-anak usia sekolah SMA di Jakarta, yang bertujuan untuk memberikan awareness yang sama kepada anak-anak muda yaitu anak-anak SMA.


“Ternyata terlihat di seminar, mereka (siswa SMA) bahkan belum pernah terpapar sama isu ini. Sementara dari kacamata kami isu ini sudah urgent banget. Semua orang itu harus tahu terkait DEI, karena apa? supaya kita di Indonesia bisa hidup berdampingan lebih inklusif. DEI ini jika kita lihat lebih banyak dibicarakan di level atas, di workplace, di kantor atau di lingkungan yang lebih komunitas. Tetapi kalau di anak SMA ternyata mereka belum,” ujar Anggun, di sela-sela gelaran, Senin (13/3).


Lebih jauh Anggun melihat, untuk tingkat SMA ternyata mungkin isu ini belum banyak terpapar. Dia juga menggaris bawahi, untuk beberapa sekolah yang biasanya seragam atau lebih hegemoni. Sehingga isu DEI belum terlalu banyak terpapar, atau terbiasa di lingkungan yang sangat beragam.


“Acara ini juga berbicara soal latar belakang sosial ekonomi sampai ke disabilitas. Jadi tujuannya acara ini adalah seminar dan kemudian workshop. Seminar tujuannya untuk lebih boosting awareness sama pembicara-pembicara yang kompeten,” terangnya. 


Bedah masalah DEI


Anggun juga mengatakan, di tanah air walaupun ada mata pelajaran yang serupa dengan hal DEI, dia menilai masih sebatas dalam textbook. “Jadi penerapannya juga mungkin teman-teman yang di SMA masih bingung, karena sekitaran mereka juga hegemoni. Jadi gimana cara mereka menerapkan? Jadi seharusnya itu bisa di ejawantahkan ke dalam program-program lebih spesifik, gimana Mereka bisa eksperias langsung,” ungkapnya. 


Sementara itu, Pembicara tamu Nathaniel Viets-VanLear Director of Youth Development MyBlockMyHoodMyCity, menyampaikan inklusivitas adalah hal tepat di seluruh dunia, di Chicago atau di Jakarta. Dirinya juga menegaskan, semua orang masih berjuang untuk menemukan cara baru untuk berinovasi, bagaimana mengundang orang ke satu meja, terutama anak muda.


“Saya pikir di Chicago banyak orang suka abaikan, bahwa inklusivitas adalah masalah keragaman untuk memisahkan orang dan untuk membatasi kesempatan. Di sisi barat daya Chicago yang berada di lingkungan yang sangat miskin. Di mana ada banyak pengangguran, ada kekurangan sumber daya dan banyak anak muda tidak pernah meninggalkan jalan di mana mereka dilahirkan. Mereka hidup dan mati di jalan yang sama,” ungkap Nathan.


“Jadi kami mencoba mengubahnya dengan membuka peluang baru bagi kaum muda. Dan saya pikir mereka juga harus banyak belajar dari kaum muda di sini. Jadi saya pikir semakin banyak yang saya lakukan dalam pekerjaan, semakin saya menyadari masalah yang kita hadapi di seluruh dunia sangat mirip. Dan jawabannya adalah berinvestasi pada kaum muda sejak dini,” lanjut pria yang berasal dari Chicago Amerika Serikat ini.


Menjadi Kegiatan yang Diterapkan


Anggun mengungkapkan, di isu DEI sejatinya telah diterapkan dalam lingkungan PPM SoM. PPM sendiri menurutnya sudah menerapkan bukan hanya dalam bentuk seminar saja, tetapi dalam hal merekrut mahasiswa pihaknya membuat program-program untuk mahasiswa, memberikan beasiswa untuk mahasiswa dan itu selalu menggunakan prinsip DEI.


“Jadi yang paling bisa membawa banyak warna buat PPM. Jadi sebenarnya untuk di DEI, PPM sudah melakukan itu. Nah untuk ke depannya seminar-seminar ini sebenarnya hanya satu rangkaian seminar, karena sisanya itu semua sudah include di kurikulum kami melalui berbagai macam program,” terangnya.


Bedah masalah DEI


Anggun juga memaparkan, bagaimana keadaaan seseorang akan berbeda-beda dalam kesempatan hidupnya. Tidak semuanya punya porsi sebagai seorang aktivis, terutama di bagian bidang DEI. Karena untuk beberapa hal di Indonesia, isu DEI yang lumayan sensitive. 


“Mungkin tidak semua orang bisa berani mengambil resiko. Tetapi at least yang bisa dilakukan semua orang, semua kalangan adalah mempelajari lebih banyak dan membuat kita semua familiar sama hal tertentu. Misalnya bukan hanya konteksnya beragama dan berbudaya, tetapi juga dengan teman-teman disabilitas. Kita harus mulai banyak diskusi dan dialog kepada banyak orang  yang bukan hanya anggota kelompok kita, tetapi juga orang-orang yang berbeda sama kita,” paparnya.


“Jadi itu tidak cuma di atas kertas saja. Tetapi memang benar-benar kita sudah praktekan. Yang kedua,  kalau misalnya kita tidak bisa menjadi seorang aktivis, tapi at least kita bisa training awareness dengan sosial media yang kita punya, itu kayaknya yang kita bisa lakukan,” pungkasnya.