Notification

×

Iklan

Iklan

PPM School of Management Kolaborasi dengan Dr. Teresa dari Yale University, Bedah Sustainable Entrepreneurship

Jumat, 10 Februari 2023 | 11:01 WIB Last Updated 2023-02-10T04:01:59Z

Dr. Teresa Chaline dari Fulbright Specialist Senior Lecture in Social Enterpreneurship Yale University saat menjadi narasumber dalam sharing session Sustainable Entrepreneurship dalam Rangka Pencapaian SDGs, di Kampus PPM School Management, Rabu (8/2). 


AKURATNEWS.ID, JAKARTA – Kaum milenial saat ini sering beranggapan ingin menjadi seorang pengusaha. Menjadi pengusaha memang terlihat begitu menjanjikan untuk masa depan, namun demikian, menjadi seorang pengusaha sukses tentulah membutuhkan waktu yang panjang, dengan berbagai persoalan yang siap harus dihadapi.


Dr. Teresa Chaline dari Fulbright Specialist Senior Lecture in Social Enterpreneurship Yale University, mengungkapkan dirinya memandang setiap mahasiswa yang sedang menuntut pendidikan tidak perlu berpikir hanya menjadi pengusaha. Yang mana, peluang dalam melakukan karya bisa dilihat dari bisnis perusahaan yang saat ini ada.


“Saya berpikir bahwa, tidak setiap siswa perlu menjadi pengusaha dan memulai perusahaan mereka sendiri. Tetapi, ada peluang bagi mereka untuk bekerja di bisnis yang sudah ada dan menemukan cara baru untuk melakukan sesuatu secara lebih berkelanjutan,” ungkap Teresa saat sharing session Sustainable Entrepreneurship dalam Rangka Pencapaian SDGs, di Kampus PPM School Management, Rabu (8/2).


Lebih jauh, Teresa mengungkapkan, menjawab pertanyaan perbedaan perbedaan wirausaha muda di Amerika dan di Indonesia, dirinya menyebut tidak ada perbedaaan, bahkan di seluruh dunia. Orang menghadapi masalah yang sama terkait dengan tujuan berkelanjutan.


“Saya pikir itu mungkin terlihat sangat mirip karena setiap orang bahkan dalam pengaturan yang sangat berbeda di seluruh dunia. Setiap orang menghadapi masalah yang sama yang terkait dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu ada banyak perbedaan antara di mana orang memiliki peluang keuangan. Pedesaan dan juga bahkan di dalam kota ada perbedaan yang sangat besar antara orang berpenghasilan tinggi yang memiliki akses ke barang dan jasa serta orang berpenghasilan rendah yang tidak memiliki akses ke barang. Saya pikir banyak anak muda di AS dan global Selatan sedang mengerjakan tantangan ini,” paparnya. 


Menjawab gelaran yang kali ini diangkat oleh PPM School of Management, Social Entrepreneurship Lecturer Core Faculty PPM School of Management Anggun Pesona Intan, menjelaskan, pihaknya menggelar kegiatan sharing session Sustainable Entrepreneurship dalam Rangka Pencapaian SDGs, merupakan rangkaian agenda dua minggu bersama dengan Dr. Teresa Chaline dari Fulbright Specialist Senior Lecture in Social Enterpreneurship Yale University.


“Di sini yang mana tujuannnya untuk membantu kami di PPM, menggali terkait kurikulum social enterpreneurship dan juga Sustainable Deveopment Goals (SDGs) sustainability. Seminar bertujuan untuk semakin memberikan awareness, bahwa memang yang namanya sustainability terutama untuk mencapai SDGs itu sudah dilakukan dari lama dan harus menjadi perhatian, terutama dari kami sebagai hire education,” papar Anggun, di sela-sela kegiatannya. 


Para Narasumber sharing session Sustainable Entrepreneurship dalam Rangka Pencapaian SDGs, di Kampus PPM School Management, Rabu (8/2).


“Kami berfungsi untuk mencetak agen-agen perubahan ketika nanti mereka sudah keluar dan berkarya untuk bisa juga care  dengan masalah sustainability,” lanjutnya.


Tersisa 7 Tahun


Sementara itu, Expert Team Coordinator at National Secretarist SDGs Bappenas Dr. Yanuar Nugroho mengatakan, SDGs  sudah delapan tahun. Artinya, Indonesia hanya punya waktu tersisa selama 7 tahun. 


“Ini membutuhkan perhatian dan konsern kita semua. Pada akhir tahun lalu 2022 menunjukkan bahwa, 63% dari 220 indikator SDGs yang ada datanya di Indonesia bisa kita capai hasil yang baik. Tetapi jelas, kerja keras masih dan makin dibutuhkan, mau target bisa kita capai pada tahun 2036,” ungkapnya.


Yanuar mengatakan, dalam SDGs sustainable entrepreneurship atau kewirausahaan berkelanjutan, pemegang salah satu peran khusus mewujudkan corak pertumbuhan ekonomi berkeadilan wawasan lingkungan.


“Enterpreneurship sering disebut tidak memiliki kesamaan dengan konsep yang lain misalnya energy, green enterpreneurship dan lain-lain. Aspek ekonomi sosial dan lingkungan sebagai satu kesatuan dalam kegiatan usaha melalui pemberdayaan sumber daya dengan memperhatikan batas ekologi dampak social,” katanya.


“Wirausahaan sosial yang berkelanjutan atau yang disebut kewirausahaan berkelanjutan, berfokus pada penyangga kehidupan dan komunitas dalam mengejar peluang usaha untuk menciptakan produk proses dan layanan. Jadi ada inovasi proses dan layanan untuk memperoleh benefit,” lanjut dia.