AKURATNEWS.ID, JAKARTA – Pemuda menjadi harapan bangsa dalam menjalankan Negara ini untuk maju di masa mendatang. Kepedulian terhadap hal-hal sosial menjadi tanda tanya besar, di tengah kondisi perubahan jaman, yang diketahui berkegiatan dalam dunia maya.
Menggandeng Dr. Teresa Chaline dari Fulbright Specialist
Senior Lecture in Social Enterpreneurship Yale University, dalam beberapa waktu
di tanah air, PPM School of Mangement menutup rangkaian agenda dengan menggelar
diskusi secra online dan offline, mengangkat tema Creating Social Impact,
What it takes to be a social entrepreneur, yang digelar di @america, Jakarta.
Indonesia adalah negara yang kaya
dengan sumber daya yang melimpah. Hal tersebut dapat diperkuat dengan data yang
menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 akan tumbuh
sebesar 5,2% di tengah kondisi ekonomi global yang mendung. Namun, Indonesia
masih memiliki banyak masalah seperti pengangguran, kesenjangan pendidikan,
kemiskinan, sampah plastik yang mencapai 1.278.900 ton per tahun, dan masih
banyak lagi.
Kondisi ini mendorong banyak
komunitas dan NGO mengambil inisiatif dalam berbagai bentuk, salah satunya
dengan konsep Social Entrepreneurship. Inisiatif ini juga sejalan dengan arahan
pemerintah global dan Indonesia untuk mulai mengembangkan gagasan keberlanjutan
di semua aspek bisnis.
Manager Inovasi inkubasi dan
Pengembangan Usaha PPM school of Management, Nina Ivana Satmaka, mengatakan
kedatangan Dr. Teresa Chaline dari Fulbright Specialist Senior Lecture
in Social Enterpreneurship Yale University ke tanah air, beraktifitas bersama
PPM School of Management, selama dua minggu.
“Dari rangkaian, sebelumnya kita membuat awareness kepada
korporasi, dengan ada social entrepreneurship karena sudah tidak jaman kita
ngomongin CSR lagi hanya memberikan dana, tapi tidak bekelanjutan,” ujar Nina,
di sela-sela kegiatan PPM School of Management, di @america, Jakarta.
Nina mengatakan, anak muda saat ini ingin mencari jati diri,
tujuan hidupnya. Menurutnya, it’s not about gaji9 lagi atau jabatan
lagi. Tetapi anak-anak muda memang ingin membuat impact yang ingin dilakukan
dalam karyanya.
“Kami ingin memperkenalkan kepada mereka bahwa menjadi agent
perubahan itu tidak harus menjadi aktivis yang ingin hidup di hutan. Tetapi
apakah mereka ingin menjadi pengusaha, berkarir secara professional, baik di government ataupun di manapun. Mereka
punya kesempatan untuk membuat social
change. Apapun karir yang mereka pilih,” ungkap Nina.
Nina juga berharap, kegaiatan yang menjadi rangkaian PPM
School of management di awal tahun 2023 ini, akan memberikan semangat kepada
mahasiswa/anak muda menjadi lebih tertarik, lebih penasaran, lebih ingin tahu soal
social entrepreneurship.
“Dan bisa creat social
change di Indonesia,” lanjutnya.
Bertukar Informasi
Mengutip kegiatan Dr. Teresa di tanah air, Nina
mengungkapkan, dalam kunjungannya Dr. Teresa belajar lebih banyak tentang
konteks kewirausahaan social di Indonesia, dan dia juga berencana akan
berkolaborasi dalam penulisan dengan salah satu dosen di PPM School of Management.
Para pembicara berofot bersama dengan Project Coordinator Nina Ivana Satmaka (baju hitam)/akuratnews.id |
“Dr. Teresa juga akan bekerjasama untuk menulis kasus
bersama ibu Anggun (Dosen PPM-red), mengenai salah satu company yang mungkin punya social
innovation yang baik. Dan mungkin ke depan kita akan lebih banyak
bekerjasama lagi kalau ada kesempatan soal riset, penulisan buku, atau penulisan
kasus,” ungkapnya.
Dia juga mengungkapkan, dari workshop yang dilakukan dengan Dr.
Teresa, pihaknya mendapatkan contoh praktek social
entrepreneurship di Amerika. “Tetapi menurut Dr. Teresa yang memiliki
pengalaman yang cukup banyak, menurut dia masalah sosial di seluruh dunia itu
sebetulnya sama saja,” katanya.
“Jadi sama konteks sosialnya sama saja. Chalenge nya itu
lebih seperti bekerjasama dengan local.
Bagaimana cara membuat revenue model .
Bagaimana supaya innovation sosialnya sustainable, pendanaannya, finansialnya.
Kemudian bagaimana mengukur impact. Bagaimana menyeimbangkan kepentingan
stakeholder, kurang lebih pandangannya sama,” lanjutnya.
Sebagai
informasi, jumlah peserta hybride kali ini mencapai 263 orang, mengikuti kuliah
umum yang disampaikan tiga pembicara, yakni, Anggun Pesona Intan, Strategic
Transformation Innovation expert at PPM School of Management, Founder of
Yayasan Terminal Hujan, dan Co-Founder and Advisor of Kampung Wisata Labirin
development. Afrodita Indayana Co-Founder
and CEO of Ekotifa (PT. Ekowisata Kreatif Indonesia) dan Dr. Teresa
Chaline, secara hybridge.