Notification

×

Iklan

Iklan

Gelaran Penutup PPM School of Management Fokus Anak Muda, Bangkitkan Kesadaran Sosial

Minggu, 19 Februari 2023 | 17:21 WIB Last Updated 2023-02-21T05:20:16Z

Dr. Teresa Chaline dari Fulbright Specialist Senior Lecture in Social Enterpreneurship Yale University, saat memberikan paparannya di rangkaian akhirnya bersama PPM School of Management di @america/akuratnews.id


AKURATNEWS.ID, JAKARTA – Pemuda menjadi harapan bangsa dalam menjalankan Negara ini untuk maju di masa mendatang. Kepedulian terhadap hal-hal sosial menjadi tanda tanya besar, di tengah kondisi perubahan jaman, yang diketahui berkegiatan dalam dunia maya.


Menggandeng Dr. Teresa Chaline dari Fulbright Specialist Senior Lecture in Social Enterpreneurship Yale University, dalam beberapa waktu di tanah air, PPM School of Mangement menutup rangkaian agenda dengan menggelar diskusi secra online dan offline, mengangkat tema Creating Social Impact, What it takes to be a social entrepreneur, yang digelar di @america, Jakarta.


Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya yang melimpah. Hal tersebut dapat diperkuat dengan data yang menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 akan tumbuh sebesar 5,2% di tengah kondisi ekonomi global yang mendung. Namun, Indonesia masih memiliki banyak masalah seperti pengangguran, kesenjangan pendidikan, kemiskinan, sampah plastik yang mencapai 1.278.900 ton per tahun, dan masih banyak lagi.


Kondisi ini mendorong banyak komunitas dan NGO mengambil inisiatif dalam berbagai bentuk, salah satunya dengan konsep Social Entrepreneurship. Inisiatif ini juga sejalan dengan arahan pemerintah global dan Indonesia untuk mulai mengembangkan gagasan keberlanjutan di semua aspek bisnis.


Manager Inovasi inkubasi dan Pengembangan Usaha PPM school of Management, Nina Ivana Satmaka, mengatakan kedatangan Dr. Teresa Chaline dari Fulbright Specialist Senior Lecture in Social Enterpreneurship Yale University ke tanah air, beraktifitas bersama PPM School of Management, selama dua minggu.


“Dari rangkaian, sebelumnya kita membuat awareness kepada korporasi, dengan ada social entrepreneurship karena sudah tidak jaman kita ngomongin CSR lagi hanya memberikan dana, tapi tidak bekelanjutan,” ujar Nina, di sela-sela kegiatan PPM School of Management, di @america, Jakarta.


Nina mengatakan, anak muda saat ini ingin mencari jati diri, tujuan  hidupnya. Menurutnya, it’s not about gaji9 lagi atau jabatan lagi. Tetapi anak-anak muda memang ingin membuat impact yang ingin dilakukan dalam karyanya.


“Kami ingin memperkenalkan kepada mereka bahwa menjadi agent perubahan itu tidak harus menjadi aktivis yang ingin hidup di hutan. Tetapi apakah mereka ingin menjadi pengusaha, berkarir secara professional, baik di government ataupun di manapun. Mereka punya kesempatan untuk membuat social change. Apapun karir yang mereka pilih,” ungkap Nina.


Nina juga berharap, kegaiatan yang menjadi rangkaian PPM School of management di awal tahun 2023 ini, akan memberikan semangat kepada mahasiswa/anak muda menjadi lebih tertarik, lebih penasaran, lebih ingin tahu soal social entrepreneurship.


“Dan bisa creat social change di Indonesia,” lanjutnya.


Bertukar Informasi


Mengutip kegiatan Dr. Teresa di tanah air, Nina mengungkapkan, dalam kunjungannya Dr. Teresa belajar lebih banyak tentang konteks kewirausahaan social di Indonesia, dan dia juga berencana akan berkolaborasi dalam penulisan dengan salah satu dosen di PPM School of Management.


Para pembicara berofot bersama dengan Project Coordinator Nina Ivana Satmaka (baju hitam)/akuratnews.id 


“Dr. Teresa juga akan bekerjasama untuk menulis kasus bersama ibu Anggun (Dosen PPM-red), mengenai salah satu company yang mungkin punya social innovation yang baik. Dan mungkin ke depan kita akan lebih banyak bekerjasama lagi kalau ada kesempatan soal riset, penulisan buku, atau penulisan kasus,” ungkapnya.


Dia juga mengungkapkan, dari workshop yang dilakukan dengan Dr. Teresa, pihaknya mendapatkan contoh praktek social entrepreneurship di Amerika. “Tetapi menurut Dr. Teresa yang memiliki pengalaman yang cukup banyak, menurut dia masalah sosial di seluruh dunia itu sebetulnya sama saja,” katanya.


“Jadi sama konteks sosialnya sama saja. Chalenge nya itu lebih seperti bekerjasama dengan local. Bagaimana cara membuat revenue model . Bagaimana supaya innovation sosialnya sustainable, pendanaannya, finansialnya. Kemudian bagaimana mengukur impact. Bagaimana menyeimbangkan kepentingan stakeholder, kurang lebih pandangannya sama,” lanjutnya.


Sebagai informasi, jumlah peserta hybride kali ini mencapai 263 orang, mengikuti kuliah umum yang disampaikan tiga pembicara, yakni, Anggun Pesona Intan, Strategic Transformation Innovation expert at PPM School of Management, Founder of Yayasan Terminal Hujan, dan Co-Founder and Advisor of Kampung Wisata Labirin development. Afrodita Indayana Co-Founder and CEO of Ekotifa (PT. Ekowisata Kreatif Indonesia) dan Dr. Teresa Chaline, secara hybridge.