Notification

×

Iklan

Iklan

STIPAS Keuskupan Agung Kupang Gelar Kuliah Umum, Bahas Transformasi Digital

Sabtu, 28 Juni 2025 | 18:23 WIB Last Updated 2025-06-28T11:23:24Z

STIPAS Keuskupan Agung Kupang Gelar Kuliah Umum, Bahas Transformasi Digital


AKURATNEWS.ID, JAKARTA - STIPAS Keuskupan Agung Kupang menggelar Kuliah Umum Internasional bertajuk “Transformasi Digital Menuju Sumber Daya Manusia Unggul Dalam Industri 5.0” pada Sabtu, 28 Juni 2025 secara Virtuan Zoom Meating. 


Kegiatan ini menghadirkan dua pemateri, yaitu Frei Dr. Joel Casimiro Pinto,OFM selaku Rektor Universidade Catolica Timorense Soa Joaa Paulo II Timor Leste dan Antonius Setya Herawan,MSF,S.S,Lic.Th Student Doctorate in Dogmatic Theology at Pontificia Università Gregoriana, Rome, Itali dimoderator oleh Bonefantura j. Bria,S.Pd.,M.Pd


Ketua STIPAS Keuskupan Agung Kupang Dr. Florens Maxi Un Bria,S.Ag.,M.Sos saat Keynote Speaker menegaskan, transformasi digital dalam era Industri 5.0 menjadi katalis utama dalam pembentukan sumber daya manusia yang unggul dan adaptif terhadap perubahan zaman.


"Di tengah pesatnya perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan, Internet of Things (IoT), big data, dan robotika kolaboratif, kebutuhan akan SDM yang tidak hanya cakap secara teknis tetapi juga memiliki kecerdasan emosional, kreativitas, dan nilai-nilai kemanusiaan semakin mendesak," ujarnya.


Lebih lanjut Dr. Maxi Un Bria, menyampaikan industri 5.0 bukan hanya tentang integrasi teknologi, tetapi juga tentang mengembalikan peran manusia sebagai pusat inovasi dan nilai. 


"Oleh karena itu, transformasi digital harus diarahkan untuk memberdayakan manusia, bukan menggantikannya menuju masa depan yang berkelanjutan, inklusif, dan berkeadilan," katanya.


R.P. Antonius Setya Herawan, MSF dalam materinya menyampaikan, di era ini, terdapat beberapa konteks yang mempengaruhi iman Kristen dan beberapa pemikiran teologis. Di era modern, Rahner menjadi teolog penting yang mampu menjelaskan hubungan antara iman dan pembebasan manusia karena era modern juga merupakan era yang sangat antroposentris. 


"Rahner menyusun antropologi transendental karena itu membenarkan Iman Kristiani dalam pembebasan dan pluralisme iman dan pemikiran. Pemikirannya menjelaskan tentang teoantroposentris atau Kristologi dari bawah karena katanya bahwa kita tidak dapat menjelaskan tentang manusia tanpa berpikir tentang Kristus atau lebih jauh lagi berpikir tentang kasih karunia," paparnya. 


"Itulah yang menarik dan menghargai kemampuan manusia untuk memahami Tuhan dan pembebasan masyarakat. Ia dapat memengaruhi teologi modern dan karenanya ia menyentuh pembebasan transendental sebagai bahasa modernitas," lanjutnya.


R.P. Antonius Setya Herawan Pertama, menyampaikan, transendensi-diri manusia dapat dijelaskan sebagai, “dalam terus-menerus keluar ke pinggiran wilayahnya sendiri. Menjelajahi dan melintasi batas-batas” (Evangelii Gaudium art.30). 


“Menerobos kategori-kategori kusam yang dengannya kita akan mengurung Dia. Mempelajari visi baru” (Evangelii Gaudium art.11). Kita ingin terus menjalani harapan kita, sebagaimana ia pernah menulis. Tetapi juga benar bahwa di tengah-tengah kegelapan sesuatu yang baru selalu muncul dalam kehidupan. Berjuang untuk Kehidupan” (Evangelii Gaudium seni. 276)," jelasnya.


Frei Dr. Joel Casimiro Pinto,OFM dalam kesempatan ini juga menyampaikan, kerangka Transformasi Digital atau yang kita kenal dengan sebutan Masyarakat 5.0. Hal yang paling nyata adalah bahwa hingga saat ini, 66,6% penduduk dunia menggunakan ponsel, 59,5% menggunakan internet dan 53,6% menggunakan media sosial. Realitas ini menjadi sebuah paradigma baru dan telah membentuk cara berada, berpikir dan menghubungkan kita dengan Allah, sesama dan alam semesta. 


"Masyarakat 5.0 itu pada hakikatnya menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence – AI), Internet of Things (IoT), machine learning dan big data. Kemunculannya “diharapkan” mampu memecahkan masalah sosial melalui sistem digital yang terintegrasi dari ruang virtual dan nyata," ungkapnya 


Lebih Lanjut Frei Dr. Joel Casimiro Pinto, mengungkapkan dari elaborasi tersebut, Masyarakat Industri 5.0 telah hadir dalam kehidupan pribadi manusia, masyarakat, dunia dan Gereja. 


"Hal ini tentu tidak hanya menjadi kesempatan yang menantang manusia untuk mengembangkan diri menjadi pribadi manusia yang berkemampuan atau bersumber daya yang unggul tetapi juga mempersiapkan manusia untuk menghadapi pelbagi tantangan di era industri 5.0 ini," pungkasnya.


Kegiatan ini dihadiri oleh Dosen dan Pegawai STIPAS Keuskupan Agung Kupang, mahasiswa dan perwakilan dari Sekolah Tinggi Katolik dan Swasta antara lain Universitas Nusa Cendana, Universitas Muhammadiyah Kupang, STP Dian Mandala Gunungsitoli, SD YPPK Ayapokiar Papua Barat Daya, STPK Santo Benediktus Sorong, STPK Bina Insan Keuskupan Agung Samarinda dan seluruh mahasiswa/I calon Wisudawan/I Angkatan XXIII STIPAS Keuskupan Agung Kupang.