Notification

×

Iklan

Iklan

AS dan China Kemungkinan Akan Perang di Tahun 2025?

Sabtu, 28 Januari 2023 | 13:25 WIB Last Updated 2023-01-28T06:25:04Z

Ilustrasi perang AS dan China/Istimewa


AKURATNEWS.ID, WASHINGTON – Hubungan antara Negara Amerika Serikat (AS) dengan China dinilai terus mengalami ketegangan. Seorang Jenderal Angkatan Udara AS bintang empat memperingatkan akan adanya konflik dengan China pada awal 2025. 


Peringatan yang disampaikan sang Jenderal juga menyebutkan konflik akan terjadi di Taiwan dan mendesak komandannya untuk mendorong unit mereka mencapai kesiapan pertempuran operasional maksimum tahun ini.


Dalam sebuah memorandum internal yang pertama kali muncul di media sosial pada hari Jumat, dan kemudian dikonfirmasi sebagai asli oleh Pentagon, kepala Komando Mobilitas Udara, Jenderal Mike Minihan, mengatakan tujuan utamanya adalah untuk mencegah “dan, jika diperlukan, mengalahkan ” Cina.


“Saya harap saya salah. Naluri saya memberi tahu saya bahwa kami akan bertarung pada 2025, ”kata Minihan, dilansir dari Arab News (28/1).


Lebih jauh Minihan menjelaskan, pemilihan presiden Taiwan tahun depan akan memberikan alasan kepada Presiden China Xi Jinping untuk melakukan agresi militer, sementara Amerika Serikat akan terganggu oleh kontesnya sendiri untuk Gedung Putih.


“Tim, alasan, dan peluang Xi semuanya selaras untuk tahun 2025,” tambahnya.


Memorandum itu juga menyerukan kepada semua personel Komando Seluler untuk pergi ke jarak tembak, "tembakkan klip" ke sasaran dan "bidik kepala".


Seorang juru bicara Pentagon menanggapi permintaan email AFP tentang memo itu dengan mengatakan, "Ya, itu faktual bahwa dia mengirimkannya."


Pejabat senior AS mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir China tampaknya mempercepat jangka waktunya untuk menguasai Taiwan. Hal ini dilakukan menurut Beijing Taiwan melakukan demokrasi pemerintahan sendiri.


China melakukan latihan militer besar-besaran pada Agustus tahun lalu, yang dipandang sebagai uji coba invasi setelah kunjungan solidaritas ke Taipei oleh Ketua DPR Nancy Pelosi, yang pada saat itu berada di urutan kedua setelah Gedung Putih.


Amerika Serikat mengalihkan pengakuan dari Taipei ke Beijing pada tahun 1979 tetapi menjual senjata ke Taiwan untuk pertahanan diri.


Semakin banyak anggota parlemen AS menyerukan peningkatan bantuan, termasuk mengirim bantuan militer langsung ke Taiwan. Hal ini dikatakan bahwa invasi Rusia ke Ukraina menggarisbawahi perlunya persiapan dini.