Notification

×

Iklan

Iklan

Tengah Konflik, Tahun Baru Tentara Myanmar Cabut Jam Malam

Sabtu, 31 Desember 2022 | 21:06 WIB Last Updated 2022-12-31T14:06:18Z

Ilustrasi jam malam di Myanmar / Istimewa / akuratnews.id


AKURATNEWS.ID, BANGKOK – Untuk perayaan malm tahun baru, pihak berwenang Myanmar yang dikuasai militer mengumumkan penangguhan jam malam normal empat jam di tiga kota terbesar. Namun kebijkan pelonggaran jam malam tidak begitu saja diterima para penentang aturan militer tersebut. Ada kecurigaan pasukan keamanan mungkin melakukan serangan dan menyalahkan para penentang.


Pencabutan jam malam disebutkan bocor dan beredar di media social. Yang mana pemerintah wilayah Yangon Myanmar, mencabut jam malam dari tengah malam menjadi jam 4 pagi di malam tahun baru.  Ini dilakukan dengan alasan dalam rangka perayaan pesta hitung mundur Tahun Baru dengan kembang api dan musik di Taman Rakyat kota.


Terkait dengan pencabutan jam malam juga dibenarkan penduduk di lain di Myanmar. Penduduk ibu kota negara, Naypyidaw, dari kota terbesar kedua, Mandalay, membenarkan bahwa jam malam juga telah dicabut di kota mereka, yang juga sebagai perayaan resmi.


Namun, kelompok yang menentang aturan militer memposting peringatan di media sosial mendesak orang untuk tidak menghadiri acara yang diselenggarakan militer demi alasan keamanan.


Mereka menyarankan bahwa pasukan keamanan mungkin melakukan provokasi, seperti pengeboman atau penembakan, yang akan menyalahkan gerilyawan perkotaan dari Pasukan Pertahanan Rakyat, sayap bersenjata dari gerakan pro-demokrasi utama yang dilarang di Myanmar, yang menyebut dirinya Pemerintah Persatuan Nasional.


Sejak bulan Februari 2021, Myanmar telah dilanda yang oleh beberapa ahli PBB disebut sebagai perang saudara sejak militer merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Tentara terlibat dalam operasi pemberontakan skala besar yang brutal di pedesaan, sementara pihak berwenang juga bersaing dengan gerilyawan perkotaan yang menargetkan orang dan institusi terkait dengan militer yang berkuasa.


Dilansir dari Arab News, postingan di media sosial oposisi juga mengatakan bahwa menghadiri pertemuan Tahun Baru dapat dilihat sebagai perangkap propaganda militer, yang dapat menunjukkan gambar orang-orang yang merayakan untuk mengklaim bahwa situasi di negara tersebut telah kembali normal.


Meskipun sudah menjadi tradisi untuk mengadakan perayaan Tahun Baru dengan konser di kota-kota besar, tahun lalu tidak ada yang diadakan karena pembatasan virus corona dan jam malam yang diberlakukan oleh militer.


Kedutaan Besar AS di Yangon mengeluarkan peringatan pada 23 Desember untuk menghindari kunjungan ke tempat-tempat yang berafiliasi dengan militer, hotel, restoran, dan bar pada hari libur dan hari-hari penting nasional dan tetap waspada terhadap kemungkinan penembakan dan pengeboman.


Pada 18 Desember, sebuah ledakan terjadi di kapal feri milik negara yang melintasi Sungai Yangon dari Yangon ke kota Dala di pinggiran kota, melukai sedikitnya 17 orang. Pemerintah militer menyalahkan Tentara Pertahanan Rakyat atas ledakan itu tetapi tidak memberikan bukti atas peristiwa yang terjadi.