Notification

×

Iklan

Iklan

Ketersediaan Air Ditata, Air Tanah Tidak Menjadi Sumber Air Utama

Senin, 20 Februari 2023 | 19:35 WIB Last Updated 2023-02-20T13:32:47Z

Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S. Atmawidjaja/dok: FMB9


AKURATNEWS.ID, JAKARTA – Air sebagai salah satu kebutuhan yang disediakan oleh alam, menjadi hal wajib dalam kehidupan makhluk di muka bumi. Namun demikian, kesediaan air perlu dijaga khususnya keberadaan air tanah yang selama ini menjadi kebutuhan masyarakat tanah air.


Ketersediaan air tanah tentu saja terbatas dengan keberadaannya, walaupun diketahui sirkulasi kehidupan khususnya air menjaga kondisi air tetap ada di muka bumi ini. Dengan bertumbuhnya pertumbuhan masyarakat, yang tercentralisasi di satu wilayah, seperti wilayah perkotaan, keberadaan air tanah dipertanyakan intensitasnya seiring berjalannya waktu.


Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S. Atmawidjaja, mengungkapkan keberadaan air tanah jumlahnya terbatas. Yang mana dia berasumsi bahwa, pertumbuhan itu akan terus terjadi seiring pertumbuhan penduduk akan terus berlangsung dan cenderung akan berada di kota-kota.


“Jadi yang orang desa itu akan lebih banyak pindah ke kota. Nah dengan sumber air tanah kita yang terbatas, maka pilihan yang paling logis, yang paling baik untuk bisa memenuhi kebutuhan sekaligus menjamin keberlanjutan dari kota itu dan penduduknya, adalah dengan menyediakan air permukaan,” ungkap Endra, menjawab pertanyaan akuratnews.id, dalam Dialog FMB9 dengan tema ‘Kelestarian Air, Kebutuhan Hidup Bersama’ yang dilangsungkan secara daring, Senin (20/02).


Lebih jauh dia mengungkapkan, air permukaan digambarkannya air yang berada di bendungan-bendungan, dengan tidak nyedot air tanah. “Tapi sebaiknya memang kita menggunakan air permukaan. Ini yang kita lakukan di Jakarta. Kita menambah suplai dari Jatiluhur untuk Jakarta bagian timur, kita menambah suplai dari varian untuk Jakarta bagian barat. Nah kalau ini sudah ditambah suplainya, maka kita bisa stop air tanah. Karena, kalau kita bisa stop air tanah, kita juga mengurangi resiko penurunan muka air tanah, karena ini kan bisa turun terus permukaanya tanah kita, seperti di wilayah pantura Jawa,” katanya.


“Kan turun terus, karena disedot terus. Nah kita bisa stop kalau ada alternatifnya. Masyarakat kan harus diberikan alternatif air. Ya, makanya kita tambah. Jadi kita bisa menambah itu kalau ada water Stories yang cukup, yaitu bendungan lagi-lagi di situ adalah solusi yang kita anggap itu bisa lebih sesuai dan sustainable,” lanjutnya.


Terkait dengan suplay kebutuhan air di Ibu Kota Nusantara (IKN), Endra menyampaikan tidak banyak sumber alternative yang diaplikasikan di IKN. Pemerintah dalam hal ini akan mengusung konsep yang telah diaplikasikan Negara Korea.


“Saya kira IKN ini juga tidak banyak sumber alternative. Tapi kita selain sudah menyiapkan Bendungan, kita juga menyiapkan pipa-pipa untuk bisa dibawa dari treatment plan ke masyarakat. Jadi kita harapkan memang di sana itu level obserpasinya lebih tinggi, kualitas airnya lebih bagus, kemudian tingkat kesehatan yang kita bisa sediakan itu juga lebih baik.  Jadi memang di IKN kita menggunakan teknologi yang sebisa mungkin itu adalah teknologi yang terbaik yang ada di dunia, yang kita sudah lihat di Korea dan Korea juga akan membantu kita menyiapkan level service dengan water return plan yang terbaik,” pungkasnya.