Notification

×

Iklan

Iklan

PPKM Ditiadakan, Wisatawan Mudah Masuk, IDI Rekomendasikan Menjaga Sebaran Covid di Masyarakat

Rabu, 25 Januari 2023 | 16:53 WIB Last Updated 2023-01-25T09:53:14Z

Ketua Satgas Covid PB IDI Dr dr Erlina Burhan, SpP(K), MSc saat Media Briefing secara virtual./tangkapan layar zoom IDI


AKURATNEWS.ID, JAKARTA – Di tengah informasi di beberapa Negara dunia kasus Covid-19 kembali tinggi, Indonesia justru telah mencabut pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Menanggapi kebijakan yang diambil pemerintah dengan hal tersebut, Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) memberikan rekomendasi dalam rangka menjaga penyebaran Covid-19 di masyarakat.


Ketua Satgas Covid PB IDI Dr dr Erlina Burhan, SpP(K), MSc saat Media Briefing secara virtual, menyampaikan bahwa Covid ini masih ada. Dirinya menekankan, walaupun PPKM telah dicabut bukan berarti pandemi Covid telah selesai.


“Ingat walaupun kita dalam posisi tidak ada lagi PPKM, itu bukan berarti Covid-nya selesai, pandemi ini selesai. Pandemi ini masih ada walaupun dampaknya untuk Indonesia di saat ini masih terkendali, tapi kita tidak tahu ke depannya seperti apa. Jadi tetap, mumpung gratis mumpung dianjurkan, ayo kita ajak masyarakat untuk melakukan vaksin Booster dosis kedua,” ungkap Dr. Erlina, Rabu (25/1).


Lebih jauh, dia juga menyampaikan terkait kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata yang membuka selebar-lebarnya kran wisatawan dari China, pemerintah Republik Indonesia mungkin sedikit berbeda dengan negara-negara lainnya yang melakukan bloking atau mewajibkan turis dari negara yang terpapar atau kasus Covid-nya sedang meninggi di Indonesia.


“Idealnya kan sebetulnya pendatang dari negara yang kasusnya tinggi kan, kita lebih bagus mengetahui statusnya. Apakah yang datang itu akan mengganggu keberlangsungan program turisme di Indonesia. Kami PB IDI menghimbau untuk masyarakat Bali atau masyarakat manapun, yang kemudian berinteraksi erat dengan orang-orang dari dari negara yang banyak kasus Covid, yaitu memperketat protokol kesehatannya,” katanya.


“Maskernya jangan melorot, jaga jarak, dan kemudian juga rajin-rajin mencuci tangan dan lain-lain. Jangan lupa gizinya diperhatikan,” lanjutnya.


Dia menyatakan, jika yang ideal tidak dapat dicapai, maka masyarakat berkewajiban untuk melindungi dirinya sendiri.


“Jadi kalau ideal bisa kita capai, maka ya kita berkewajiban untuk melindungi diri kita sendiri. Jadi memang pemerintah ingin meningkatkan juga pariwisata ini. Sehingga agak berat sepertinya bagi pemerintah kita mengambil sikap seperti Korea Selatan dan Jerman yang memperketat dan memperlakukan pendatang-pendatang dari negara tertentu untuk dites covid terlebih dahulu,” ungkapnya.


Antibodi Capai 90 Persen


Dr. Erlina juga mengungkapkan, dalam sebuah survey terkait antibodi masyarakat Indonesia diketahui memiliki antibodi yang cukup tinggi. Namun demikian, vaksin dalam hal ini booster kedua, masih sangat dianjurkan, mengingat antibodi dapat menurun.


“Tubuh bangsa Indonesia disurvei terkait antibodinya, ternyata antibodi ini sudah ditemukan lebih dari 90% penduduk Indonesia. Tetapi kita tidak boleh euforia juga, karena mengingat antibodi itu pun kemudian akan menurun jumlahnya, menurun seiring dengan waktu dilihat dari proteksinya tidak ada lagi, maka tetap diperlukan tambahan vaksin,” jelasnya.


Terkait dengan tiket vaksin yang belum ada, Dr. Erlina mengatakan, walaupun belum ada tiket, dirinya menyatakan masih bisa mendapatkan vaksin booster kedua.


“Jadi saya kira dilakukan saja. Karena ada jaminan demikian (tidak perlu tiket). Jadi memang pemerintah inginnya tidak mempersulit sepertinya dan mungkin juga kecepatan surat edaran dengan kesiapan juga mungkin tidak sebanding untuk pendekatan. Yang penting sudah ada jaminan walaupun tidak ada tiket, tetap bisa divaksin, maka laksanakan saja,” pungkas dia.