Notification

×

Iklan

Iklan

Langgar Aturan Perbatasan, Presiden Yoon Ancam Tangguhkan Kesepakatan dengan Korut

Kamis, 05 Januari 2023 | 09:46 WIB Last Updated 2023-01-05T02:46:41Z

Militer Korea Utara melakukan uji coba senjata di lokasi yang tidak diketahui tempatnya di Korea Utara, pada 31 Desember 2022 lalu, dalam foto yang dirilis pada 1 Januari./The Korea Times


AKURATNEWS.ID, SOUL – Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengancam akan tangguhkan perjanjian militer dengan Korea Utara (Korut) yang telah ditandatangani sejak tahun 2018, jika Korut kembali melanggar perbatasan antar Korea.


Ancaman penagguhan, akibat dari adanya lima pesawat tak berawak Korea Utara memasuki wilayah udara Korea Selatan yang jelas-jelas melanggar kesepakatan tersebut, di mana kedua belah pihak setuju untuk menghentikan kegiatan permusuhan dan mengambil langkah-langkah untuk membangun kepercayaan militer.


Seorang petinggi kepresidenan Korsel mengungkapkan, Presiden Yoon mengatakan tidak ada alasan bagi Korsel untuk mematuhi kesepakatan tersebut, yang sering diabaikan oleh Korut dengan menguji rudal atau mengirim kendaraan udara tak berawak.

 

"Sebagai panglima tertinggi, Yoon menyerukan kesiapsiagaan tegas terhadap provokasi semacam itu sehingga tidak ada warga negara yang merasa tidak aman," kata pejabat itu kepada wartawan, dilansir dari The Korea Times.


"Kami berharap tidak akan ada lagi provokasi oleh Korea Utara," lanjutnya.

 

Pada pertemuan dengan pejabat keamanan dan pertahanan, Yoon juga mengatakan kepada Menteri Pertahanan Lee Jong-sup untuk mempercepat proses peluncuran unit drone yang lengkap.


“Meningkatkan sistem radar untuk mendeteksi drone berukuran kecil dan menyelesaikan pengembangan drone siluman dengan akhir tahun ini,” kata pejabat itu.


Deteksi Drone


Pada 26 Desember, militer Korsel mendeteksi drone Korut memasuki wilayah udaranya. Satu drone berhasil terbang mencapai Seoul utara, sementara empat lainnya sampai di sekitar Pulau Ganghwa di lepas pantai barat. Militer menanggapi dengan mengirimkan helikopter serang, tetapi gagal menghancurkan satu pun dari drone tersebut.

 

Yoon mengkritik tanggapan tersebut, memberi tahu militer untuk membalas dengan mengirimkan pesawat tak berawak Korsel ke Korut. Saat mengunjungi Badan Pengembangan Pertahanan yang berbasis di Daejeon tiga hari kemudian, Yoon mengatakan kemampuan militer yang kuat adalah pencegahan paling efektif terhadap Korut. Dalam kunjungan ini Yoon juga bertemu dengan para ilmuwan yang mengembangkan senjata baru termasuk drone.

 

Pakta militer ditandatangani di Pyongyang oleh mantan Menteri Pertahanan Song Young-moo dan mitranya dari Korea Utara No Kwang-chol dengan harapan besar akan adanya kerja sama dan perdamaian antar-Korea.

 

Berdasarkan perjanjian tersebut, kedua belah pihak tidak boleh terlibat dalam aktivitas permusuhan yang akan meningkatkan ketegangan. Itu termasuk pelanggaran perbatasan, latihan militer skala besar, operasi apa pun untuk pengintaian dan pelatihan lapangan seperti menembakkan artileri dalam jarak 5 kilometer dari Garis Gencatan Senjata, juga dikenal sebagai Garis Demarkasi Militer.


Tapi kesepakatan itu dinilai tinggal nama saja. Segera setelah pertemuan puncak tanpa hasil dengan Washington pada Februari 2019, Pyongyang melakukan latihan di dekat garis tersebut dan melanjutkan uji coba senjata.

 

Pada pertemuan dengan menteri pertahanan di Majelis Nasional setelah invasi drone, beberapa anggota parlemen dari Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa, termasuk Han Ki-ho dan Sung Il-jong, mengatakan Korsel tidak lagi harus mematuhi pakta yang dibuat oleh Korut, karena dinilai telah berulang kali melanggar.

 

Namun, Rep. Joo Ho-young, pemimpin lantainya, mengambil pendekatan yang lebih hati-hati dengan mengatakan bahwa pembatalan perjanjian secara resmi mungkin terlalu dini dan tidak tepat karena dapat memicu ketegangan.

 

Dalam menghadapi ancaman nuklir Korut yang semakin intensif, para pejabat di Korsel dan AS dilaporkan sedang mendiskusikan latihan sebagai tanggapan bersama yang potensial terhadap berbagai scenario yang kemungkinan terjadi, termasuk uji senjata nuklir Korut yang mungkin akan segera terjadi.