Notification

×

Iklan

Iklan

Demo Kenaikan Harga BBM di Yordania, Tewaskan Pihak Berwajib

Sabtu, 17 Desember 2022 | 14:19 WIB Last Updated 2022-12-17T08:19:53Z

 

Ibukota Amman Yordania. (foto Pixabay)

AKURATNEWS.ID, AMMAN - Seorang perwira polisi berpangkat tinggi tewas saat tengah terjadi demonstrasi menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), di Yordania. Perwira Polisi yang tewas akibat tembakan di kepala pada Kamis 15 Desember 2022 dan telah dimakamkan pada Jumat 16 Desember 2022, di kampung halamannya Jasrah, 40 km dari ibu kota Amman.


Kolonel Abdul Razzaq Al-Dalabeeh, menduduki jabatan wakil kepala polisi Maan, ditembak saat petugas menanggapi perusuh di Al-Husseiniya. Dua lainnya terluka dalam bentrokan di Maan.


Raja Abdullah berjanji untuk membawa para pelaku ke pengadilan, yang mana dinyatakan pengadilan kerajaan menambahkan, raja menegaskan kembali bahwa kekerasan terhadap negara, perusakan properti publik, dan pelanggaran hak-hak warga Yordania akan ditangani dengan tegas.


Dia menekankan bahwa, serangan dan tindakan vandalisme adalah ancaman berbahaya bagi keamanan nasional.


“Kami tidak akan mentolerir kekerasan terhadap personel keamanan kami, yang bekerja siang dan malam untuk melindungi Yordania dan warga Yordania,” ujarnya, dilansir dari Arabnews.


Raja mengakui, kondisi ekonomi warga Yordania serdang sulit dan hak mereka untuk mengekspresikan diri secara damai di dalam hukum. Namun demikian, bahwa lembaga negara akan mengambil semua langkah untuk meminta pertanggungjawaban pelaku kejahatan.


Departemen Keamanan Umum mengatakan badan-badan keamanan akan mempertahankan pendekatan ketat dalam menanggapi kerusuhan dan kekerasan dengan tidak menghilangkan dan menghormati hak warga Yordania untuk melakukan demonstrasi damai.


Pemerintah mengatakan, tidak akan bertoleransi terhadap tindakan kekerasan dan segala upaya untuk merusak keamanan dan stabilitas negara.


Menteri Negara Penerangan Yordania Faisal Shboul, mengatakan keadilan akan ditegakkan dan mereka yang terlibat dalam pembunuhan Al-Dalabeeh akan diadili.


Suku Bani Hassan, yang terbesar di Yordania dan di mana Al-Dalabeeh berasal, meminta pihak berwenang untuk mengidentifikasi pembunuhnya sambil menekankan pemerintah tidak diterima di rumah belasungkawa.


Dua belas anggota parlemen dari suku tersebut mengatakan mereka akan mengundurkan diri, mengajukan mosi tidak percaya terhadap pemerintah atau memboikot majelis rendah jika pihak berwenang gagal membawa pelaku ke pengadilan.


Pada konferensi pers pada hari Jumat, Menteri Dalam Negeri Mazen Farayeh mengatakan, beberapa aksi di Maan dan daerah lain telah berubah menjadi kekerasan, dengan pengunjuk rasa memblokir jalan dan menyerang institusi pemerintah.


Dia juga menjanjikan upaya intensif untuk mengidentifikasi pembunuh Al-Dalabeeh.


Farayeh mengatakan pemerintah melindungi kebebasan berpendapat dan demonstrasi damai. “Tetapi akan menggunakan kekuatan yang tepat terhadap perusuh dan pengacau,” tegasnya.


Dia juga mengatakan lebih banyak pasukan keamanan akan dikerahkan di Maan dan daerah lain untuk mencegah kerusuhan.


Aksi Duduk


Yordania, khususnya wilayah selatan telah mengalami aksi pemogokan selama hampir dua minggu.


Pengemudi truk di Maan memulai protes terhadap kenaikan harga diesel dengan mengorganisir aksi duduk di jalan raya gurun yang menghubungkan Amman dan kota pelabuhan Aqaba, sebelum masa dari daerah lain, termasuk di Amman dan Mafraq di perbatasan dengan Irak, juga bergabung.


Pengemudi bus dan taksi di seluruh Yordania juga melakukan aksi duduk, menuntut pemerintah menurunkan harga bahan bakar.


Dalam sebuah langkah yang digambarkan sebagai pembangkangan sipil, para pedagang dari kota selatan Maan, Tafileh dan Karak menutup toko mereka sebagai bentuk solidaritas dengan para pengemudi.


Beberapa daerah mengalami kerusuhan, blokade jalan, dan pembakaran ban yang mendorong intervensi aparat keamanan.


Selama sesi baru-baru ini, anggota parlemen meminta pemerintah untuk menurunkan harga bahan bakar dan bahan pokok dan melakukan intervensi untuk mengekang inflasi.


Beberapa anggota parlemen mengancam akan meluncurkan mosi tidak percaya terhadap pemerintah.


Perdana Menteri Bishr Khasawneh mengatakan saat ini pemerintah tidak memiliki anggaran yang cukup untuk memberikan subsidi bahan bakar.


“Pemerintah tidak memiliki anggaran berlebih untuk mensubsidi turunan bahan bakar.” Katanya.


Dia menambahkan, menurunkan harga bahan bakar berarti menambah biaya anggaran sebesar 550 juta dinar Yordania ($77 juta). “Pemerintah tidak memiliki uang ini,” kata Khasawneh.


Beberapa deputi mengutip pernyataan yang diungkapkan Khasawneh merupakan pernyataan yang buruk. Hal ini dilakukan hanya sebagai alasan di balik meningkatnya ketegangan di jalanan.


Harga bahan bakar di Yordania telah mengalami kenaikan berturut-turut selama beberapa bulan terakhir, terutama solar dan minyak tanah. Mengakui kondisi ekonomi Yordania yang sulit, menteri dalam negeri mengatakan harga bahan bakar akan diturunkan pada akhir bulan ini atau bulan depan.


Pemerintah juga telah mengusulkan langkah-langkah bantuan termasuk bantuan keuangan sekitar 3,5 juta dinar untuk ribuan keluarga miskin.