
Komunitas Wayang Kauman/Foto. Ist/akuratnews.id
AKURATNEWS.ID, JAKARTA — Komunitas seni Wayang Kautaman
kembali menghadirkan karya inovatif bertajuk “Sayap Jatayu" Seblak Tanjak,
dan Rond De Jambe. Pertunjukan ini menjadi eksplorasi baru yang menggabungkan
dua disiplin seni: Wayang Orang klasik dan Tari Ballet.
Disutradarai oleh Nanang Hape, karya ini menggandeng
Natalenta Ballet School Jakarta sebagai mitra kolaborasi, dengan Ira Surono
bertindak sebagai produser. Melalui “Sayap Jatayu”, Wayang Kautaman berupaya
menciptakan pertunjukan lintas budaya yang mampu beradaptasi dengan ruang,
waktu, dan nalar tradisi masa kini.
“Kami ingin menghadirkan Wayang Orang yang terus hidup dan
relevan dengan zaman. Ballet dan Wayang Orang kami sandingkan bukan untuk
dibandingkan, melainkan untuk menemukan ruang baru bagi keduanya bernafas
bersama,” ujar Nanang Hape, sutradara sekaligus komposer pertunjukan.
Eksperimen Lintas Budaya
Karya “Sayap Jatayu” merupakan reinterpretasi kisah
Ramayana, khususnya episode Penculikan Sinta. Pertunjukan ini menyatukan Tari
Klasik Jawa dan Tari Ballet Barat, menghadirkan dialog budaya yang seimbang
antara keotentikan dan kebaruan.
Secara artistik, panggung konvensional ditata ulang dengan
sentuhan teknologi visual modern. Musik pengiring disusun oleh Vembriona Edy
dan Nanang Hape, memadukan alat musik pentatonik Jawa dengan Western twelve
scales, menciptakan komposisi orisinal yang memperkuat suasana dramatik.
“Setiap karya Wayang Kautaman lahir dari proses panjang dan
diskusi mendalam. Kami memperlakukan setiap pertunjukan sebagai laboratorium
penciptaan,” tambah Nanang.
Talenta Muda Menghidupkan Panggung
Pertunjukan ini menampilkan sejumlah seniman muda berbakat,
di antaranya Achmad Dipoyono sebagai Jatayu dan Adif Marhendra sebagai Rahwana.
Mereka tampil bersama Nuksmarani Sri Cempasari, Theresia Dian Louisa, Haris
Sakadia, dan Thimoteus Dewa Dharma.
Koreografi Ballet digarap oleh Esther Tampubolon, sementara
koreografi Tari Jawa ditata oleh Achmad Dipoyono. Sugeng Yeah bertanggung jawab
atas skenografi, Prabudi Hatma Samarta sebagai penata visual kreatif, dan
Prapto Panuju sebagai pelaksana produksi.
Sinopsis “Sayap Jatayu”
Rama dan Sinta meninggalkan Ayodya untuk hidup di hutan yang
tenang namun penuh bahaya. Ketika Sinta terpikat oleh seekor kijang jelmaan
Marica, Rahwana memanfaatkan kesempatan itu untuk menculiknya.
Burung perkasa Jatayu berusaha menyelamatkan Sinta, namun
dikalahkan dengan kejam oleh Rahwana. Meski gagal, pengorbanan Jatayu menjadi
simbol kesetiaan dan cinta sejati yang abadi melampaui waktu.
Menjaga Tradisi di Era Modern
Melalui “Sayap Jatayu”, Wayang Kautaman menegaskan
komitmennya untuk terus berinovasi dalam seni pertunjukan tradisi. Kolaborasi
lintas disiplin ini menjadi bukti bahwa narasi klasik dapat dihadirkan kembali
dengan bentuk yang segar, relevan, dan menyentuh generasi masa kini.
