Notification

×

Iklan

Iklan

Ikatan Keluarga Pengikat Kesehatan Mental

Sabtu, 17 Mei 2025 | 09:26 WIB Last Updated 2025-05-17T02:26:25Z

Ikatan Keluarga Pengikat Kesehatan Mental
Family Time/Foto. Ist/akuratnews.id


AKURATNEWS.ID, JAKARTA - Di tengah pusaran kehidupan modern, jadwal yang padat, gangguan digital, dan tugas yang tak ada habisnya, satu hal yang sering kali luput dari perhatian adalah tetap terhubung dengan keluarga. Namun, menjaga hubungan dengan saudara kandung, sepupu, bibi, paman, dan bahkan kerabat jauh bukan sekadar tradisi budaya, melainkan kebutuhan emosional yang mendalam.

 

Pertemuan keluarga bukan hanya tentang makan bersama atau perayaan. Pertemuan keluarga adalah jembatan kasih sayang, tempat untuk bertukar cerita, saling mendoakan, dan memberi kekuatan saat hidup terasa berat. Dalam keluarga yang erat, energi positif mengalir lebih bebas, menenangkan, membumi, dan menyembuhkan.

 

Menurut psikolog keluarga, orang yang menjaga kontak rutin dengan keluarga cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik. Mereka merasa lebih didukung, dihargai, dan aman secara emosional. Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga yang erat sering kali lebih percaya diri dan berempati.

 

Hal yang indah adalah, ikatan keluarga tidak harus menunggu hari libur atau acara besar. Panggilan telepon, obrolan video, atau kunjungan biasa dapat menghangatkan hati dan mempererat hubungan. Dan di dunia yang melek teknologi saat ini, alasan "terlalu sibuk" perlahan menjadi alasan yang ketinggalan zaman.

 

"Di era digital ini, alasan 'saya terlalu sibuk' tidak lagi berlaku. Teknologi seharusnya membantu kita terhubung kembali dan membangun kembali ikatan yang mungkin telah mengendur seiring berjalannya waktu. Seperti kata pepatah, keluarga bukan hanya penting, tetapi segalanya," kata Nina Nathalia setelah mengunjungi paman dan bibinya di Malaysia pada hari Jumat (15 Mei).

 

Nina menceritakan bahwa kerabatnya datang dari berbagai penjuru dunia, seperti Rochester, AS dan Canberra, Australia. Mereka memilih untuk bertemu di Kuala Lumpur sebagai tempat yang lebih nyaman karena kakak laki-laki tertua mereka, Peter (88), sekarang tinggal di Ipoh, Malaysia. "Karena usianya, kami merasa lebih bijaksana untuk datang kepadanya," jelas Nina.

 

Yang paling menyentuh hatinya adalah kasih sayang yang mendalam yang masih dimiliki adik-adik Peter, Andrew (82) dan Rose (81), terhadap kakak laki-laki mereka. “Sebelum pandemi, reuni seperti ini merupakan ritual tahunan. Covid mengubahnya. Namun, cinta mereka tidak berubah. Tetap kuat,” ungkapnya penuh haru.

 

Jadi, luangkan waktu sejenak. Jangan menunggu kehilangan untuk mengingatkan Anda betapa berharganya satu pelukan keluarga. Ikatan keluarga mungkin tampak sederhana, tetapi dampaknya terhadap hati dan jiwa luar biasa.