Notification

×

Iklan

Iklan

Kata Fadli Zon Soal Komitmen Demokrasi Menjelang 2023

Kamis, 29 Desember 2022 | 16:11 WIB Last Updated 2022-12-29T09:11:01Z

Anggota DPR RI Fadli Zon/Instagram@fadlizon


AKURATNEWS.ID, JAKARTA – Pandemi Covid-19 tak dapat dlepaskan dalam perjalanan kebijakan politik setiap Negara. Karena, pandemic bukan hanya dirasakan oleh Indonesia semata, namun pendemi yang telah memberikan pelajaran berharga selama dua tahun ini, dirasakan hampir oleh seluruh masyarakat dunia.


Komitmen demokrasi tentu saja menjadi salah satu hal yang dijadikan alasan bagi para pelaku politik yang berimbas kepada kebiajakan bagi masyarakat di tanah air khususnya. Yang mana diakui, Covid-19 telah menggerus komitmen pemerintah dalam berdemokrasi, bangsa ini juga menghadapi perangkap wacana ekonomi-politik yang mengikis konsolidasi demokrasi yang tengah dibangun. 


Untuk itu, di penghujung tahun 2022 dan memasuki tahun 2023 ini, Anggota DPR RI Fadli Zon memberikan dua hal penting yang menjadi catatan kritis yang perlu dikawal agar konsolidasi demokrasi Indonesia tidak terus terkikis.

 

Dalam keterangan persnya, catatan Fadli Zon yang pertama yakni menjaga kepastian penyelenggaraan pemilu 2024. Pada 14 Desember lalu, pemilu sudah masuk ke dalam tahapan penetapan peserta. Ada 17 partai politik dan 6 partai politik lokal Aceh yang telah ditetapkan KPU.


“Hal ini bukan berarti penyelenggaraan pemilu 2024 sudah aman dari ancaman penundaan,” ujar Fadli.

 

Lebih jauh, Fadli mengingat, yang mana pada bulan lalu, sejumlah media melaporkan masih adanya wacana penundaan pemilu yang datang dari aktor-aktor politik.


“Sebagai wacana yang inkonstitusional, pemerintah hendaknya tak lagi membiarkan ketidakpastian penyelenggaraan pemilu, karena bisa merusak aspek konstitusionalitas, struktural, dan politis pada sistem demokrasi Indonesia,” ungkapnya.


Lebih lanjut, poin kedua, yang juga perlu dikawal bersama di tahun politik 2023 menurut Fadli Zon, adalah mengenai kualitas jalannya pemilu itu sendiri. Bangsa Indonesia menurutnya perlu mengambil pelajaran berharga dari pengalaman Pemilu 2019 yang menyisakan sejumlah problem mendasar yang sangat serius.


“Mulai dari persoalan DPT (Daftar Pemilih Tetap), netralitas penyelenggara pemilu, problem hitung cepat, hingga meninggalnya ratusan petugas pemilu, hingga persoalan terkait ancaman jaminan kebebasan sipil dan berpendapat,” ungkapnya.


Ketua BKSAP DPR RI itu juga menjegaskan, tahun 2023 akan menjadi sejarah sekaligus tikungan baru dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Dalam kondisi demokrasi yang masih cacat (flawed democracy), bangsa ini dihadapkan dengan satu agenda besar yaitu Pemilu Serentak.


“Karenanya tak berlebihan kalau tahun 2023 dapat dikatakan sebagai momen pertaruhan bagi konsolidasi demokrasi Indonesia. Apakah bergerak maju atau semakin terkikis,” pungkas Fadli Zon, menutup.