Notification

×

Iklan

Iklan

Karena Ini Harga Beras Indonesia Tertinggi di ASEAN Menurut Bank Dunia

Selasa, 20 Desember 2022 | 16:58 WIB Last Updated 2022-12-20T09:58:43Z

 

Ilustrasi beras Indonesia. (Pixabay)


AKURATNEWS.ID, JAKARTA – Dibandingkan dengan Negara Filipinan, Vietnam hingga Thailand, harga beras di Indonesia lebih tinggi. Hal tersebut dilaporkan Bank Dunia (World Bank), sekaligus mengungkapkan tingginya harga beras menjadi salah satu pendorong kenaikan inflasi harga pangan di tingkat domestik.


"Harga eceran beras Indonesia secara konsisten adalah yang tertinggi di ASEAN selama (satu) dekade terakhir," laporan Bank Dunia 'Indonesia Economic Prospect (IEP) December 2022', Senin 19 Desember 2022.


Secara prosentasi, Bank Dunia menjelaskan harga beras di Indonesia 28% lebih tinggi dari harga di Filipina. Bahkan harga yang saat ini tercatat oleh Bank Dunia dinilai lebih mahal dua kali lipat dari harga di Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Thailand.


Penyebab harga beras tinggi di Indonesia, kata Bank Dunia, terjadi karena dukungan harga pasar bagi produsen pertanian seperti pembatasan perdagangan melalui tarif impor, monopoli impor BUMN untuk komoditas utama, dan tindakan non-tarif lainnya.


"Rantai pasokan yang panjang dan biaya distribusi yang tinggi, sebagian karena geografi negara yang kompleks, juga menaikkan harga pangan bagi konsumen di negara tersebut," terang Bank Dunia.


Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga beras kualitas bawah saat ini diharga Rp 10.600/kg, beras jenis medium Rp 11.700 per kg, dan beras kualitas super Rp 13.550/kg.


Tak hanya persoalan beras, Indonesia juga menghadapi tantangan dari sisi keterjangkauan bahan pangan dan kecukupan gizi. Oleh karena itu, Bank Dunia menyarankan pentingnya meningkatkan produktivitas serta mengurangi hambatan impor pertanian.


"Kebijakan untuk mendorong diversifikasi pangan yang lebih bergizi (ternak, buah dan sayuran) dan mengurangi distorsi kebijakan yang saat ini berpihak pada produksi beras dapat meningkatkan kecukupan gizi," pungkas Bank Dunia.